4.16.2011

Love if silence part 3



Title : Love if silence
Author : Taniyae Shawolelf
Main Cast : Kim Hyo Ri,Lee Jinki
Support cast : Kim Kibum,choi Minho,jung soo ae, kim Eun Ca,eun hee
Genre : Romance, Friendship
Rating : PG-15
“hyo ri-a, kenapa? Sepertinya ada masalah yang menganggumu?”
Hyo ri menatap eun ca, teman kerja nya dengan lemas. Eun ca menatap hyo ri khawatir. Hyo ri tersenyum lembut. Lalu menggeleng pelan.
“hyo ri-a.. sebenarnya_”
“eun ca!!!! “
Eun ca menoleh ke arah sumber suara. Pak choi berdiri dengan kedua tangan berada di pinggangnnya. Eun ca menghela nafas. Dengan gontai dilangkahkan kakinya menuju tempat pak choi berdiri.
‘aku cuma teringat dia eun ca, mianhae jika aku berbohong padamu’




Jinki terdiam di kursi super mewah yang terletak di kamar kerjanya. Matanya menatap computer tanpa ekspresi. Tidak di hiraukannya deretan angka yang terpampang jelas di depan komputernya. Atau setumpuk berkas yang berada di sisi kiri lengannya.
Jinki hanya menatap kosong computer. Tubuhnya memang berada disana tetapi pikirannya melawan. Pikirannya tidak berada disana. Pikirannya sedang jauh melayang.
“sebenarnya siapa gadis yang menyelamatkanku?”
jinki menghela nafas. Kepalanya rasanya sangat berat. Pikirannya buntu. Ia tidak bias menebak siapa yang menyelamatkannya sekaligus memberikan liontin kesayangannya tersebut.
jinki meraih jas yang terletak di sandaran kursi nya yang super empuk dan mewah. Dengan cepat ia berjalan keluar dari ruang kerjanya.
“tuan muda anda mau kemana?”
Jinki menatap sinis lelaki yang merupakan kepala pelayan di rumah nya.
“bukan urusan mu”
***
Hyo ri membersihkan meja café dengan lunglai. Tidak seperti Hyo ri yang biasanya. Matanya menatap lurus kea rah meja nomor 26, tempat jinki duduk. Dahulu.
Hyo ri menghela nafas. Ia tidak tahu kenapa hatinya benar-benar ingin menemui lelaki tersebut. Lelaki yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
‘apa kabarmu ya? Bahkan aku tidak tahu siapa namamu’
Eun ca yang berdiri di meja kasir melihat hyo ri khawatir. Tidak seperti biasanya sahabat nya tersebut bertingkah seperti itu. Eun ca hanya sadar satu hal. Sesuatu di meja nomor 26 lah yang membuat sahabatnya bertingkah seperti orang linglung saat ini.
***
Mobil jinki terparkir dengan indah di pelataran parkir café pak choi. Jinki menatap café pak choi tajam melalui jendela mobilnya yang terbuka.
“aku yakin pasti gadis itu gadis yang sering berada disini, atau mungkin gadis yang bekerja disini”
Tangan jinki menggenggam pegangan pintu mobilnya dan hendak melangkah ke luar. Tetapi kemudian jinki membatalkan niatnya.
“sebenarnya apa yang kulakukan? Aish!!
”Jinki pun menyenderkan tubuhnya di kursi mobilnya. Matanya menatap lurus ke arah café yang berada di sebelah kiri mobilnya.
“sebenarnya siapa gadis itu?”
***
Eun ca menatap hyo ri kesal. Sudah hampir setengah hari hyo ri bertingkah aneh. Eun ca khawatir terjadi apa-apa terhadap hyo ri. Ya, eun ca memang sangat menyayangi hyo ri. Eun ca yang berdarah campuran korea-jepang memiliki wajah jepang yang sangat kental, sehingga jika melihat sekilas saja semua orang tahu bahwa eun ca adalah orang jepang.
Dan akibat wajahnya itu, ia sering dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Karena di korea, beberapa orang masih menjungjung tinggi darah korea. Bukan darah campuran seperti eun ca.
Hanya hyo ri dan pekerja-pekerja di café ini yang tidak membeda-bedakan statusnya. Dan eun ca sangat bersyukur mengenal semua orang yang berada di café ini.
Eun ca menatap hyo ri lama sebelum kakinya melangkah menuju pak choi yang berdiri di samping pintu café.
“pak choi, aku mau minta tolong”
***
Hyo ri sedang membersihkan meja nomor 16 ketika dirasakannya seseorang menghampirinya. Hyo ri menoleh. Pak choi berdiri di belakang eun ri dengan wajah khawatir.
“hyo ri-a, kau sebenarnya ada apa hari ini? Kenapa sikapmu sangat aneh?”
Hyo ri mengangkat sebelah alisnya. Tanda tak mengerti. Ia menatap lama wajah pak choi lama sebelum akhirnya ia mengerti.
‘pasti ini ulah eun ca’
Hyo ri menatap eun ca sekilas. Eun ca yang sedang menatap hyo ri kaget karena tiba-tiba hyo ri menoleh ke arahnya. Dengan cepat eun ca mengalihkan pandangannya ke arah lain.hyo ri menghela nafas, ia mengambil notes yang selalu terletak disakunya dan menuliskan beberapa kata.
‘aku baik-baik saja pak manager. Anda tidak usah kahwatir’
“tapi, sikapmu hari ini sangat aneh. Biasanya kau selalu semangat dan jail. Hari ini kau terlihat lesu. Apa kau sakit?”
‘andwe..aku tidak sakit aku baik-baik saja. Aku mungkin hanya sedikit lelah’
Pak choi terdiam membaca notes yang ditulis oleh hyo ri. Ia menghela nafas. Ia menatap hyo ri.
“sebaiknya kau pulang hyo ri-a”
‘mweo?’
Hyo ri menatap pak choi dengan mata terbelalak dan mengedip-ngedipkan matanya.
Pak choi yang melihat tingkah hyo ri menghela nafas.
“sebaiknya kau pulang sekarang hyo ri-a, istirahatlah di rumah.”
Pak choi berbalik dan melangkah menjauhi hyo ri. Hyo ri masih terbengong-bengong memandangi sikap pak choi.
Hyo ri hendak berteriak memanggil pak choi ketika matanya menangkap sosok eun ca yang sedang melipat tangan dan memelototinya. Hyo ri menatap eun ca kosong sebelum akhirnya menghela nafas dan dengan gontai berjalan menuju loker kerjanya.
‘eun ca bodoh!!! Justru aku tidak ingin pulang karena aku ingin menunggu cowok itu disini!!!’
***
Jinki masih terduduk di kursi mobilnya dan menatap café itu dengan lesu. Kepalanya masih berputar –putar memikirkan siapa penyelematnya.
Ego dan harga dirinya yang sangat tinggi membuat ia enggan turun dari mobilnya dan berjalan menuju café itu hanya untuk sekedar menanyakan siapa gadis yang menolongnya itu.
Hati Jinki dilema. Benar-benar dilema.
Akhirnya tidak ada yang Jinki lakukan. Ia hanya menatap kosong café itu. Mengawasi satu persatu orang yang melangkah memasuki café itu dan keluar dari café itu. Sambil menerka-nerka adakah dewi penyelamatnya berada diantara orang-orang itu?
***
Hyo ri selesai mengganti bajunya. Dengan berat hati ia mengambil tas yang terletak di loker kerja. Ia berjalan menemui Eun ca untuk sekedar berpamitan yang disambut dengan senyum lebar oleh eun ca.
Hyo ri menatap eun ca kesal. Dengan lemas dilangkahkan kakinya menuju pintu keluar café.
‘eun ca pabo!!! Pabo!! Pabo!!!!’
***
Jinki masih menatap café ketika dirasakannya handphone-nya bergetar. Dengan sigap diambilnya handphonenya dan mengangkatnya.
“yoboseyo?”
***
Hyo ri melangkah keluar café. Diarahkan kakinya menuju halte tempat ia biasa menunggu bis.
Hyo ri ridak sadar, bahwa lelaki yang ia pikirkan selama ini berada tepat bersebelahan dengannnya yang sedang melangkah menuju halte bis.
***
Jinki menutup ponselnya dengan kesal. Kepala pelayan di rumahnya memberitahunya bahwa orangtuanya baru saja pulang dan sekarang memintanya untuk menemui mereka di rumah.
Jinki kembali menatap café yang terletak di sebelahnya. Dengan bulat hati dilangkahkan kakinya keluar mobil dan memasuki café.
Jinki tidak sadar,bahwa dewi penyelamatnya berada beberapa meter dari tempat nya berdiri.
***
hyo ri terus berjalan menjauhi Jinki yang melangkah memasuki café. Ia benar-benar tidak sadar bahwa lelaki yang selalu mengganggu pikirannya selama ini berada beberapa meter di belakangnya.
Jinki membuka pintu café dan disambut hangat oleh pak choi. Sang manager café.
“selamat siang, selamat datang di café kami”
Jinki hendak menatap pak choi sinis, ketika ia teringat maksud dan tujuannya hari ini. Dengan canggung Jinki tersenyum kea rah pak choi.
“maaf ahjussi, saya ingin bertanya. Apakah disini ada gadis yang bekerja?”
“mweo?”
“ah, maksud saya, apakah ada gadis yang bekerja disini? Atau semua nya laki-laki?”
Pak choi terdiam sesaat. Ia menatap Jinki dari atas sampai bawah. Dandanan yang sangat rapi. Tidak mungkin ia melakukan sesuatu terhadap karyawan wanita yang bekerja disini.
“ne, ada dua orang gadis yang bekerja disini”
“akh, bolehkah saya menemuinya?”
“kalau boleh tahu untuk apa?”
“sebenarnya, saya sedang mencari seseorang yang menyelamatkan nyawa saya.”
“ne?”
“dewi penyelamat saya”
***
Hyo ri duduk di halte bis dengan wajah lesu. Hatinya sebenarnya ingin kembali ke café itu dan melanjutkan pekerjaannya. Tetapi mengingat wajah eun ca dan pak choi tadi ia mengurungkan niatnya.
‘apakah mungkin cowok itu akan kembali ke café?’
***
Jinki dipersilahkan pak choi duduk di dalam kanto di café itu. Jinki duduk disalah satu kursi yang terletak di ruangan itu. Matanya berputar-putar menyapu seluruh benda yang terletak di ruangan itu.
‘CEKLEK’
Suara pintu terbuka. Jinki mengalihkan pandangannya kearah pintu. Ditatapnya seorang gadis dengan wajah jepang yang sangat terlihat di wajahnya.
Jinki berdiri ketika melihat gadis berparas jepang itu menghampirinya. Gadis itu mengulurkan tangannya dan tersenyum kea rah Jinki.
“aku kim eun ca.”
“saya Lee Jinki”
***
Seorang pria memakai setalan jas putih dengan celana putih dan memakai kacamata hitam dengan rambut pendek berdiri di luar bandara seoul.
Ia tersenyum sekilas ketika memasuki taksi yang berada di luar bandara.
“hyo ri-a, aku pulang”
***
Hyo ri tersadar dari lamunannya ketika sebuah motor melintas dengan kencang di hadapannya. Ia melirik ke arah kanan dan kiri. Sebuah bus sedang melintas menuju halte tempatnya duduk.
Hyo ri menghela nafas dan berdiri dari tempat duduknya. Bersiap menaiki bus itu.
***
“jadi, kau gadis yang bekerja disini?”
“ne”
Jinki menatap eun ca sedikit kagum. Gadis dihadapannya cantik. Sangat cantik. Kulitnya putih seputih salju. Dengan mata yang besar dan indah. Seperti mutiara hitam.
“apakah kau seorang diri bekerja disini? Maksudku kau cewek sendirian disini?”
Eun ca menggeleng lembut. Dan tersenyum manis.
“ada seorang gadis lagi yang bekerja disini. Namanya hyo ri. Tetapi aku lah yang selalu melayani setiap pelangggan disini. Hyo ri bertugas membereskan meja-meja yang terletak disini. Waeyo?”
Kening Jinki berkerut. Teringat kembali peristiwa sebelum kecelakaan itu terjadi. Seorang gadis melayaninya dengan kasar. Apakah itu hyo ri yang dimaksud?
“apa hyo ri bekerja sampai larut malam?”
“tidak. Hyo ri tidak bekerja sampai larut malam. Aku yang bekerja sampai larut malam.”
Jinki kembali mengerutkan keningnya. Ditatapnya eun ca sekilas. Terlihat kapas menutupi lengan eun ca yang putih.
“lenganmu kenapa?”
“akh, ini aku mendonorkan darah ku. Karena terlalu banyak darah yang kudonorkan jadi lukanya membesar. Karena takut infeksi aku menutupinya dengan kapas.”
Jinki tertegun sejenak. Teringat perkataan suster yang ia temui di rumah sakit.
“… akh, gadis itu, dia tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami kebingungan untuk mencari darah yang bergolongan sama dengan mu. Padahal keadaanmu saat itu sangat kritis, dan bisa dikatakan jika kamu tidak segera dioperasi nyawamu bisa melayang. Untuk gadis muncul dan dengan rela ia memberikan darahnya untukmu. Benar-benar seperti dewi penyelamat.”
Jinki menghela nafas. Ia menatap eun ca lembut. Dan berkata pelan
“gomawoeun ca-a”
***
Hyo ri melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Ia membuka pintu rumahnya. Terkunci. hyo ri terdiam sejenak.
‘apa key oppa sudah bias berjalan sendirian?’
Dengan panic hyo ri menekan mengambil kunci yang terletak di tasnya dan membuka pintu rumahnya dengan kasar. Kakinya langsung melangkah menuju kamar key ketika dilihatnya sosok lelaki berjas putih berdiri di depan kamar key.
‘dia siapa?’
Pikiran buruk eun ri mulai bergelayut dikepalanya. Dengan cepat diambilnya stick baseball yang terletak di pojok ruangan. Dengan pelan ia langkahkan kakinya menuju kamar key. Dan dalam hitungan detik. Hyo ri telah sukses melancarkan pukulan bertubi-tubi kearah sosok di hadapannya itu.
“aduh!! Aw!! Nuguya????”
Sosok ber jas putih itu berbalik menatap hyo ri yang memukulinya dengan membabi buta.
“hyo ri-a!!! ini aku!!!”
Hyo ri menghentikan pukulannya ketika ia melihat dengan jelas sosok di hadapannya. Mata hyo ri terbelalak. Stick baseball nya terjatuh ke lantai.
‘minho-a?????’
To be continue..

0 komentar:

Post a Comment

4.16.2011

Love if silence part 3



Title : Love if silence
Author : Taniyae Shawolelf
Main Cast : Kim Hyo Ri,Lee Jinki
Support cast : Kim Kibum,choi Minho,jung soo ae, kim Eun Ca,eun hee
Genre : Romance, Friendship
Rating : PG-15
“hyo ri-a, kenapa? Sepertinya ada masalah yang menganggumu?”
Hyo ri menatap eun ca, teman kerja nya dengan lemas. Eun ca menatap hyo ri khawatir. Hyo ri tersenyum lembut. Lalu menggeleng pelan.
“hyo ri-a.. sebenarnya_”
“eun ca!!!! “
Eun ca menoleh ke arah sumber suara. Pak choi berdiri dengan kedua tangan berada di pinggangnnya. Eun ca menghela nafas. Dengan gontai dilangkahkan kakinya menuju tempat pak choi berdiri.
‘aku cuma teringat dia eun ca, mianhae jika aku berbohong padamu’




Jinki terdiam di kursi super mewah yang terletak di kamar kerjanya. Matanya menatap computer tanpa ekspresi. Tidak di hiraukannya deretan angka yang terpampang jelas di depan komputernya. Atau setumpuk berkas yang berada di sisi kiri lengannya.
Jinki hanya menatap kosong computer. Tubuhnya memang berada disana tetapi pikirannya melawan. Pikirannya tidak berada disana. Pikirannya sedang jauh melayang.
“sebenarnya siapa gadis yang menyelamatkanku?”
jinki menghela nafas. Kepalanya rasanya sangat berat. Pikirannya buntu. Ia tidak bias menebak siapa yang menyelamatkannya sekaligus memberikan liontin kesayangannya tersebut.
jinki meraih jas yang terletak di sandaran kursi nya yang super empuk dan mewah. Dengan cepat ia berjalan keluar dari ruang kerjanya.
“tuan muda anda mau kemana?”
Jinki menatap sinis lelaki yang merupakan kepala pelayan di rumah nya.
“bukan urusan mu”
***
Hyo ri membersihkan meja café dengan lunglai. Tidak seperti Hyo ri yang biasanya. Matanya menatap lurus kea rah meja nomor 26, tempat jinki duduk. Dahulu.
Hyo ri menghela nafas. Ia tidak tahu kenapa hatinya benar-benar ingin menemui lelaki tersebut. Lelaki yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
‘apa kabarmu ya? Bahkan aku tidak tahu siapa namamu’
Eun ca yang berdiri di meja kasir melihat hyo ri khawatir. Tidak seperti biasanya sahabat nya tersebut bertingkah seperti itu. Eun ca hanya sadar satu hal. Sesuatu di meja nomor 26 lah yang membuat sahabatnya bertingkah seperti orang linglung saat ini.
***
Mobil jinki terparkir dengan indah di pelataran parkir café pak choi. Jinki menatap café pak choi tajam melalui jendela mobilnya yang terbuka.
“aku yakin pasti gadis itu gadis yang sering berada disini, atau mungkin gadis yang bekerja disini”
Tangan jinki menggenggam pegangan pintu mobilnya dan hendak melangkah ke luar. Tetapi kemudian jinki membatalkan niatnya.
“sebenarnya apa yang kulakukan? Aish!!
”Jinki pun menyenderkan tubuhnya di kursi mobilnya. Matanya menatap lurus ke arah café yang berada di sebelah kiri mobilnya.
“sebenarnya siapa gadis itu?”
***
Eun ca menatap hyo ri kesal. Sudah hampir setengah hari hyo ri bertingkah aneh. Eun ca khawatir terjadi apa-apa terhadap hyo ri. Ya, eun ca memang sangat menyayangi hyo ri. Eun ca yang berdarah campuran korea-jepang memiliki wajah jepang yang sangat kental, sehingga jika melihat sekilas saja semua orang tahu bahwa eun ca adalah orang jepang.
Dan akibat wajahnya itu, ia sering dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Karena di korea, beberapa orang masih menjungjung tinggi darah korea. Bukan darah campuran seperti eun ca.
Hanya hyo ri dan pekerja-pekerja di café ini yang tidak membeda-bedakan statusnya. Dan eun ca sangat bersyukur mengenal semua orang yang berada di café ini.
Eun ca menatap hyo ri lama sebelum kakinya melangkah menuju pak choi yang berdiri di samping pintu café.
“pak choi, aku mau minta tolong”
***
Hyo ri sedang membersihkan meja nomor 16 ketika dirasakannya seseorang menghampirinya. Hyo ri menoleh. Pak choi berdiri di belakang eun ri dengan wajah khawatir.
“hyo ri-a, kau sebenarnya ada apa hari ini? Kenapa sikapmu sangat aneh?”
Hyo ri mengangkat sebelah alisnya. Tanda tak mengerti. Ia menatap lama wajah pak choi lama sebelum akhirnya ia mengerti.
‘pasti ini ulah eun ca’
Hyo ri menatap eun ca sekilas. Eun ca yang sedang menatap hyo ri kaget karena tiba-tiba hyo ri menoleh ke arahnya. Dengan cepat eun ca mengalihkan pandangannya ke arah lain.hyo ri menghela nafas, ia mengambil notes yang selalu terletak disakunya dan menuliskan beberapa kata.
‘aku baik-baik saja pak manager. Anda tidak usah kahwatir’
“tapi, sikapmu hari ini sangat aneh. Biasanya kau selalu semangat dan jail. Hari ini kau terlihat lesu. Apa kau sakit?”
‘andwe..aku tidak sakit aku baik-baik saja. Aku mungkin hanya sedikit lelah’
Pak choi terdiam membaca notes yang ditulis oleh hyo ri. Ia menghela nafas. Ia menatap hyo ri.
“sebaiknya kau pulang hyo ri-a”
‘mweo?’
Hyo ri menatap pak choi dengan mata terbelalak dan mengedip-ngedipkan matanya.
Pak choi yang melihat tingkah hyo ri menghela nafas.
“sebaiknya kau pulang sekarang hyo ri-a, istirahatlah di rumah.”
Pak choi berbalik dan melangkah menjauhi hyo ri. Hyo ri masih terbengong-bengong memandangi sikap pak choi.
Hyo ri hendak berteriak memanggil pak choi ketika matanya menangkap sosok eun ca yang sedang melipat tangan dan memelototinya. Hyo ri menatap eun ca kosong sebelum akhirnya menghela nafas dan dengan gontai berjalan menuju loker kerjanya.
‘eun ca bodoh!!! Justru aku tidak ingin pulang karena aku ingin menunggu cowok itu disini!!!’
***
Jinki masih terduduk di kursi mobilnya dan menatap café itu dengan lesu. Kepalanya masih berputar –putar memikirkan siapa penyelematnya.
Ego dan harga dirinya yang sangat tinggi membuat ia enggan turun dari mobilnya dan berjalan menuju café itu hanya untuk sekedar menanyakan siapa gadis yang menolongnya itu.
Hati Jinki dilema. Benar-benar dilema.
Akhirnya tidak ada yang Jinki lakukan. Ia hanya menatap kosong café itu. Mengawasi satu persatu orang yang melangkah memasuki café itu dan keluar dari café itu. Sambil menerka-nerka adakah dewi penyelamatnya berada diantara orang-orang itu?
***
Hyo ri selesai mengganti bajunya. Dengan berat hati ia mengambil tas yang terletak di loker kerja. Ia berjalan menemui Eun ca untuk sekedar berpamitan yang disambut dengan senyum lebar oleh eun ca.
Hyo ri menatap eun ca kesal. Dengan lemas dilangkahkan kakinya menuju pintu keluar café.
‘eun ca pabo!!! Pabo!! Pabo!!!!’
***
Jinki masih menatap café ketika dirasakannya handphone-nya bergetar. Dengan sigap diambilnya handphonenya dan mengangkatnya.
“yoboseyo?”
***
Hyo ri melangkah keluar café. Diarahkan kakinya menuju halte tempat ia biasa menunggu bis.
Hyo ri ridak sadar, bahwa lelaki yang ia pikirkan selama ini berada tepat bersebelahan dengannnya yang sedang melangkah menuju halte bis.
***
Jinki menutup ponselnya dengan kesal. Kepala pelayan di rumahnya memberitahunya bahwa orangtuanya baru saja pulang dan sekarang memintanya untuk menemui mereka di rumah.
Jinki kembali menatap café yang terletak di sebelahnya. Dengan bulat hati dilangkahkan kakinya keluar mobil dan memasuki café.
Jinki tidak sadar,bahwa dewi penyelamatnya berada beberapa meter dari tempat nya berdiri.
***
hyo ri terus berjalan menjauhi Jinki yang melangkah memasuki café. Ia benar-benar tidak sadar bahwa lelaki yang selalu mengganggu pikirannya selama ini berada beberapa meter di belakangnya.
Jinki membuka pintu café dan disambut hangat oleh pak choi. Sang manager café.
“selamat siang, selamat datang di café kami”
Jinki hendak menatap pak choi sinis, ketika ia teringat maksud dan tujuannya hari ini. Dengan canggung Jinki tersenyum kea rah pak choi.
“maaf ahjussi, saya ingin bertanya. Apakah disini ada gadis yang bekerja?”
“mweo?”
“ah, maksud saya, apakah ada gadis yang bekerja disini? Atau semua nya laki-laki?”
Pak choi terdiam sesaat. Ia menatap Jinki dari atas sampai bawah. Dandanan yang sangat rapi. Tidak mungkin ia melakukan sesuatu terhadap karyawan wanita yang bekerja disini.
“ne, ada dua orang gadis yang bekerja disini”
“akh, bolehkah saya menemuinya?”
“kalau boleh tahu untuk apa?”
“sebenarnya, saya sedang mencari seseorang yang menyelamatkan nyawa saya.”
“ne?”
“dewi penyelamat saya”
***
Hyo ri duduk di halte bis dengan wajah lesu. Hatinya sebenarnya ingin kembali ke café itu dan melanjutkan pekerjaannya. Tetapi mengingat wajah eun ca dan pak choi tadi ia mengurungkan niatnya.
‘apakah mungkin cowok itu akan kembali ke café?’
***
Jinki dipersilahkan pak choi duduk di dalam kanto di café itu. Jinki duduk disalah satu kursi yang terletak di ruangan itu. Matanya berputar-putar menyapu seluruh benda yang terletak di ruangan itu.
‘CEKLEK’
Suara pintu terbuka. Jinki mengalihkan pandangannya kearah pintu. Ditatapnya seorang gadis dengan wajah jepang yang sangat terlihat di wajahnya.
Jinki berdiri ketika melihat gadis berparas jepang itu menghampirinya. Gadis itu mengulurkan tangannya dan tersenyum kea rah Jinki.
“aku kim eun ca.”
“saya Lee Jinki”
***
Seorang pria memakai setalan jas putih dengan celana putih dan memakai kacamata hitam dengan rambut pendek berdiri di luar bandara seoul.
Ia tersenyum sekilas ketika memasuki taksi yang berada di luar bandara.
“hyo ri-a, aku pulang”
***
Hyo ri tersadar dari lamunannya ketika sebuah motor melintas dengan kencang di hadapannya. Ia melirik ke arah kanan dan kiri. Sebuah bus sedang melintas menuju halte tempatnya duduk.
Hyo ri menghela nafas dan berdiri dari tempat duduknya. Bersiap menaiki bus itu.
***
“jadi, kau gadis yang bekerja disini?”
“ne”
Jinki menatap eun ca sedikit kagum. Gadis dihadapannya cantik. Sangat cantik. Kulitnya putih seputih salju. Dengan mata yang besar dan indah. Seperti mutiara hitam.
“apakah kau seorang diri bekerja disini? Maksudku kau cewek sendirian disini?”
Eun ca menggeleng lembut. Dan tersenyum manis.
“ada seorang gadis lagi yang bekerja disini. Namanya hyo ri. Tetapi aku lah yang selalu melayani setiap pelangggan disini. Hyo ri bertugas membereskan meja-meja yang terletak disini. Waeyo?”
Kening Jinki berkerut. Teringat kembali peristiwa sebelum kecelakaan itu terjadi. Seorang gadis melayaninya dengan kasar. Apakah itu hyo ri yang dimaksud?
“apa hyo ri bekerja sampai larut malam?”
“tidak. Hyo ri tidak bekerja sampai larut malam. Aku yang bekerja sampai larut malam.”
Jinki kembali mengerutkan keningnya. Ditatapnya eun ca sekilas. Terlihat kapas menutupi lengan eun ca yang putih.
“lenganmu kenapa?”
“akh, ini aku mendonorkan darah ku. Karena terlalu banyak darah yang kudonorkan jadi lukanya membesar. Karena takut infeksi aku menutupinya dengan kapas.”
Jinki tertegun sejenak. Teringat perkataan suster yang ia temui di rumah sakit.
“… akh, gadis itu, dia tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami kebingungan untuk mencari darah yang bergolongan sama dengan mu. Padahal keadaanmu saat itu sangat kritis, dan bisa dikatakan jika kamu tidak segera dioperasi nyawamu bisa melayang. Untuk gadis muncul dan dengan rela ia memberikan darahnya untukmu. Benar-benar seperti dewi penyelamat.”
Jinki menghela nafas. Ia menatap eun ca lembut. Dan berkata pelan
“gomawoeun ca-a”
***
Hyo ri melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Ia membuka pintu rumahnya. Terkunci. hyo ri terdiam sejenak.
‘apa key oppa sudah bias berjalan sendirian?’
Dengan panic hyo ri menekan mengambil kunci yang terletak di tasnya dan membuka pintu rumahnya dengan kasar. Kakinya langsung melangkah menuju kamar key ketika dilihatnya sosok lelaki berjas putih berdiri di depan kamar key.
‘dia siapa?’
Pikiran buruk eun ri mulai bergelayut dikepalanya. Dengan cepat diambilnya stick baseball yang terletak di pojok ruangan. Dengan pelan ia langkahkan kakinya menuju kamar key. Dan dalam hitungan detik. Hyo ri telah sukses melancarkan pukulan bertubi-tubi kearah sosok di hadapannya itu.
“aduh!! Aw!! Nuguya????”
Sosok ber jas putih itu berbalik menatap hyo ri yang memukulinya dengan membabi buta.
“hyo ri-a!!! ini aku!!!”
Hyo ri menghentikan pukulannya ketika ia melihat dengan jelas sosok di hadapannya. Mata hyo ri terbelalak. Stick baseball nya terjatuh ke lantai.
‘minho-a?????’
To be continue..

No comments:

Post a Comment