4.16.2011

Love if silice part 2



Author :ontaekyu
main Cast : Kim Hyo Ri,Lee Jinki
Support cast : Kim Kibum,choi Minho,jung soo ae, kim Eun Ca,eun hee

Hyo ri terbaring di sebuah kasur di dalam ruang operasi. Hatinya berdebar kencang. Baru kali ini ia mengikuti jalannya sebuah operasi. Di tolehkan kepalanya ke kiri. Terlihat wajah Jinki yang terbaring lemah dengan mata tertutup. Hyo ri tersenyum.
‘maafkan kelakuanku tadi yah, setidaknya. Ini adalah permintaan maafku padamu’
“sudah siap nona?”
Hyo ri menoleh ke arah suster yang bertanya kepadanya. Hyo ri tersenyum. Suster tersebut bergegas menyuntikkan obat bius kepada Hyo ri. Hyo ri menatap was-was. Tangannnya menggenggam kalung milik Jinki yang ia temukan di café.
Sesaat sebelum suster itu menyuntikkan obat bius kepadanya. Hyo ri mencengkram erat lengan suster itu. Suster itu menatap Hyo ri bingung. Hyo ri meletakkan kalung dalam genggamannya ke tangan suster itu. Tangannya menunjuk Jinki yang terbaring lemah di sisi kirinya sambil tersenyum ke arah suster tersebut.
Suster tersebut terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk. Hyo ri kembali menatap Jinki sambil tersenyum. Sebelum ia merasa sesuatu menyentuh lengannya sedikit kasar.
‘semoga semuanya lancar’
Detik berikutnya, Hyo ri sudah terlelap di alam bawah sadarnya.


Soo ae masih terlelap di samping Key ketika Key membuka kedua matanya. Key menatap Soo ae yang terlelap di sampingnya lembut. Tangan Key perlahan menyentuh kepala Soo ae dan mengusapnya pelan.
“gomawo Soo ae -a..”
***
Hyo ri tersadar ketika dirasakannya seseorang berdiri di sampingnya. Seorang suster membawakan sebuah mangkuk yang berisi telur dan daging. Suster tersebut yang menyadari Hyo ri telah siuman tersenyum lembut ke arah Hyo ri.
“operasinya berjalan lancar, kamu benar-benar dewi penyelamatnya. Sekarang makanlah dulu sebelum hendak pergi. Darah mu terpakai banyak selama operasi”
Hyo ri memegang keningnya dan mencoba mengingat-ingat hal apa yang terkahir ia lakukan.
‘Key oppa, cowok di café, operasi.. ‘
Seketika Hyo ri tersadar. Matanya terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah suster yang hendak pergi meninggalkannya di kamar tersebut.
‘suster, tunggu!!’
Mulut Hyo ri terbuka lebar memanggil suster yang menuju ke pintu keluar kamar. Tidak ada suara. Hyo ri teringat akan kekurangannya. Kepala Hyo ri berputar mencari-cari sesuatu yang membantunya selama ini.
Matanya terhenti saat ia melihat notesnya tergeletak di meja di sebelah kanannya. Dengan sigap Hyo ri mengambil notes tersebut dan menuliskan beberapa kata yang ingin ia tanyakan.
‘BLAM’
Tangan hyo ri berhenti menulis. Matanya terarah ke pintu kamarnya. Suster itu telah pergi. Hyo ri menghela nafas tanda kecewa.
‘bagaimana keadaannya?’
***
Soo ae merasa sesuatu menyentuh kepalanya. Soo ae terbangun. Dengan wajah yang masih ngantuk kepalanya mendongak menatap lurus ke arah wajah Key .
“kau sudah bangun?”
Soo ae tersentak. Dengan cepat ia duduk tegak. Mukanya memerah.
“Key -a?? kau sudah sadar?”
Key tersenyum menatap Soo ae lembut. Sikap Key yang seperti itu semakin membuat wajah Soo ae memerah. Key tertawa pelan.
“kau kenapa? Wajahmu seperti tomat saja!”
Soo ae mencibir. Dengan pelan dicubitnya lengan Key . Key meringis kesakitan. Benar-benar kesakitan.
“aduh sakiit!! Sakitt sekali!!”
“wae?? Key -a?? aish, ommona!! Yang mana yang sakit?? Ommona?? Ommona??”
Dengan panik Soo ae memegang lengan Key yang baru ia cubit. Ia benar-benar khawatir
Key tersenyum melihat Soo ae yang mengkhawatirkan dirinya. Sebenarnya ia hanya berpura-pura untuk melihat reaksi Soo ae dan ia sangat puas dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Soo ae.Soo ae masih memegang lengan Key ketika tiba-tiba ia merasakan sesuatu menarik tubuhnya dengan lembut.
Soo ae terbelalak menatap Key . Wajahnya kini berhadapan dengan wajah Key . Sangat dekat.
Key menatap lembut wajah Soo ae. Ia tersenyum penuh arti.
“gomawo Soo ae -a”
Wajah Soo ae memerah mendengar perkataan Key . Jantungnya berdebar kencang. Ia benar-benar merasa seperti diberi kejutan menyenangkan bertubi-tubi. Rasanya ingin terbang melayang. Ia benar-benar senang.
“kamu memang sangat manis Soo ae -a..”
Lagi-lagi jantung Soo ae berdebar sangat kencang . Soo ae tak berani menatap Key . Rasanya tubuhnya memanas dan akan meleleh saat itu juga.
“apalagi dengan wajah yang memerah seperti itu, seperti udang rebus saja!”
Wajah Soo ae yang memerah seketika tambah memerah ketika mendengar ucapan Key tersebut. Dengan cepat ditariknya tangan dan dijauhkan wajahnya dari tubuh Key . Key yang melihat reaksi soo ae tertawa kencang. Key memang sangat suka menggoda Soo ae.
“dasar pabo!!”
***
Jinki membuka matanya yang langsung disambut oleh suara seorang perempuan.
“kau sudah sadar jinki-a? aish, syukurlah. Aku hampir mati melihatmu seperti ini”
Jinki mencari asal suara tersebut. Dilihatnya eun hee, teman masa kecilnya memasang wajah yang luar biasa lega. Jinki tersenyum.
“dimana aku?”
“kau dirumah sakit Jinki -a, aish! Kenapa kau menyetir mobil seperti itu? Apa kau tidak sayang dengan nyawamu? Aish!! Atau kau ingin membuatku mati lebih cepat dari seharusnya??”
Jinki tertawa pelan. Ditatapnya lembut teman kecilnya tersebut.
“meski semua umat manusia di dunia ini punah, aku yakin kau tidak akan pernah mati eun hee-a”
Eun hee mencibir. Jinki tersenyum lembut.
“setidaknya dihatiku kau tetap hidup eun hee-a”
***
Hyo ri berjalan pelan dengan tangan bersandar ke dinding rumah sakit. Kepalanya terasa agak pusing. Matanya mencari-cari kamar tempat Key ditempatkan.
‘aish oppa!! Sebenarnya dimana kamarmu!!!’
***
“mweoya? Dega?? Pabo??”
Soo ae menatap Key kesal. ia mencubit kembali lengan Key pelan. Key langsung meringis.
“aish! Kenapa kau senang sekali mencubitku seh!!”
“karena kau menyebalkan!!”
“mweo? Aku menyebalkan?? Aku ini orang yang sangat menyenangkan!! Ya!jung soo ae ! Sudah berapa tahun kita berkenalan mana mungkin kau tidak menyadari bahwa aku ini orang yang menyenangkan!!”
Soo ae menatap Key kesal. diambilnya tas yang terletak di meja dan ia berdiri.
“sepertinya kau sudah sehat! Aku pergi!!”
Soo ae bergegas meninggalkan Key ketika ia merasakan sesuatu memegang lengannya. Soo ae menoleh. Key menatapnya lembut.
“tetaplah disini..”
***
“ini, ambilah”
Jinki menatap benda yang terletak di tangan eun hee. Matanya terbelalak.
“ini..”
“bagaimana bisa kau meletakkannya sembarangan!! Bagaimana jika ada yang mengambilnya?? Aish!! Lupakah kau ini peninggalan terakhir dari almarhum ibumu?”
Jinki terdiam. Diraihnya kalung bergambar salju kecil dengan permata yang terletak ditengahnya. Matanya menatap kalung tersebut. Lama.
Kalung itu asli. Kalung itu benar-benar kalung miliknya yang tertinggal di café tersebut. Tapi bagaimana caranya kalung tersebut sampai ditangannya? masa kalung tersebut bisa jalan sendiri dan mencari pemiliknya.
“jinki -a? waeyo?”
Jinki tersentak. Dilihatnya eun hee menatapnya heran. Jinki terdiam.
“eun hee-a__”
‘CEKLEK’
Eun hee dan jinki menoleh, seorang suster memasuki kamar tersebut. Suster tersebut tersenyum ketika dilihatnya Jinki telah tersadar.
“kamu sudah sadar? Syukurlah. Kamu harus berterimakasih kepada seorang gadis yang telah mendonorkan darahnya padamu. Jika bukan karena gadis itu, kamu tidak akan mungkin bisa berada disini”
Jinki terdiam. Ditatapnya suster itu lekat-lekat.
“seorang gadis menolongku? Apa dia yang membawaku kesini?”
“ne? akh, bukan. Kamu dibawa kesini oleh orang-orang yang menemukanmu dalam keadaan terluka parah. Untung kami menemukan kartu identitasmu di dompetmu sehingga kami bisa segera menghubungi keluargamu. Akh, gadis itu, dia tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami kebingungan untuk mencari darah yang bergolongan sama dengan mu. Padahal keadaanmu saat itu sangat kritis, dan bisa dikatakan jika kamu tidak segera dioperasi nyawamu bisa melayang. Untuk gadis muncul dan dengan rela ia memberikan darahnya untukmu. Benar-benar seperti dewi penyelamat.”
Jinki terdiam. Eun hee menatapnya khawatir. Hatinya berdebar-debar. Ia benar-benar takut apa yang ia fikirkan akan terjadi.
“apakah gadis itu yang memberikan kalung ini?”
“ne”
“siapa nama gadis itu?”
“dia tidak menyebutkan namanya. Dan ia tidak berbicara sepatah katapun. Sekarang ia berada di kamar 209. Mungkin ia sudah sadar. Kau bisa menemuinya jika kau mau.”
“bisakah aku menemuinya sekarang?”
***
Hyo ri masih berjalan lunglai ketika dilihatnya seorang suster berjalan melewatinya. Ia menghampiri suster tersebut dan menepuk pundak suster tersebut. Suster itu menoleh. Dengan cepat dikeluarkan notesnya dan ia segera menulis.
‘suster, dimana letak kamar pasien bernama kim kibum?
***
“tentu saja bisa,tapi apa tubuhmu sudah baik? Kau baru saja pulih.”
Jinki mengangguk. Eun hee menatapnya was was.
“tunggu sebentar. Aku ambilkan kursi roda.”
Suster tersebut berlalu. Jinki menatap kepergian suster tersebut. Eun hee menatap Jinki cemas.
“Jinki -a, mau apa kau?”
Jinki menoleh menatap eun hee., ia tersenyum kecil
”aku hanya ingin melihat rupa dewi penyelamatku”
***
Eun hee terdiam. Wajah jinki yang tersenyum sambil berkata seperti itu benar-benar membuatnya cemas.
Jinki yang ia kenal sama sekali tidak memperdulikan orang lain. Jinki yang ia kenal adalah Jinki yang sombong, angkuh dan memandang rendah semua orang. Kecuali dirinya dan keluarganya.
Tetapi apa yang terjadi pada Jinki? Kenapa ia memberi perhatian kepada gadis yang telah mendonorkan darahnya? Toh gadis itu hanya mendonorkan darahnya secara kebetulan saja kan?
Jauh di dalam hati eun hee, mulai membenci kehadiran gadis yang menjadi ‘dewi penyelamat Jinki ***
Hyo ri berjalan pelan menuju kamar nomor 234. Dengan kepala masih sedikit pusing dilangkahkan pelan kakinya menuju kamar tersebut.
‘kau memang sangat merepotkan oppa!!’
***
Jinki dipapah oleh eun hee dan suster menuju kursi roda. Diletakkan selimut untuk menutupi kaki Jinki.
“mari saya antarkan”
Suster tersebut berjalan terlebih dahulu. Eun hee dan Jinki menyusul di belakangnya.
***
Hyo ri menatap kesal pintu kamar bernomor 234. Dengan muka mengeras dibukanya pintu kamar tersebut. Dan hyo ri melangkah memasuki kamar tersebut.
Disaat bersamaan Jinki keluar dari kamar 235 dengan memakai kursi roda yang di dorong oleh eun hee. Jinki dan hyo ri sama-sama tidak menyadari kejadian yang hanya berselang beberapa detik tersebut.
***
“soo ae-a, dega__”
‘CEKLEK’
Key dengan cepat melepaskan tangan soo ae yang sedang ia gengggam. Soo ae dan key menoleh ke arah pintu secara bersamaan.
Hyo ri menatap reaksi mereka berdua yang melihatnya seperti melihat hantu. Mata hyo ri membesar dan berkedip kedip. Dengan cepat hyo ri memasang wajah ‘kenapa-kalian-melihatku-seperti-itu’ nya.
“aish! Hyo ri-a, kau mengagetkanku saja!!”
Hyo ri memasang wajah galak ke arah key yang meneriakinya. Soo ae tersenyum kecil menahan tawa.
Hyo ri menghampiri key dan menatap key bingung. Key balas menatap hyo ri bingung. Bercampur takut.
“mweoya??”ujar key galak.
Hyo ri mengeluarkan notes nya dan segera menulis.
‘oppa, kau baik-baik saja?’
Key membaca notes yang ditulis eun ri, ia tersenyum lebar dan mengangguk.
“ne, waeyo? Kau menghawatirkan oppamu yang tampan ini ya?”
Soo ae yang mendengar ucapan jae joong langsung merasa mual. Hyo ri masih menatap key khawatir. Dengan sigap ia kembali menulis di notesnya.
‘benar kau baik-baik saja?’
“aish!! Aku baik-baik saja!! Kau lihat aku tidak terluka sedikitpun!!”
‘benar-benar tidak terluka??’
“ya!! Kim hyo ri!! Oppa mu tidak kenapa-napa.!!”
Hyo ri menatap jae joong sedih.
‘oppa!! Kenapa tidak terluka? Aish!! Padahal aku sudah bahagia ketika mengetahui kau dibawa kerumah sakit. Aish!! Sial sekali nasibku’
“Mweoya??? Ya!! Kim hyo ri!!!”
Hyo ri memeletkan lidahnya. Dan menatap yuuri sesaat. Soo ae tersenyum memandang hyo ri. Hyo ri kembali menatap key yang sedang menatapnya kesal. Hyo ri pun memutar tubuhnya bergegas meninggalkan key dan soo ae.
“ hyo ri-a, mau kemana kau?? Apa kau tidak mau menemani oppamu hah? Apa kau tidak khawatir padaku ??”
Hyo ri berhenti melangkah dengan cepat ia menulis sesuatu di notenya, ia merobek nya dan melemparkan ke arah key. Hyo ri pun bergegas keluar dari kamar key.
“kenapa anak itu?”ujar key sambil mengambil kertas yang dilemparkan oleh hyo ri.
Soo ae tertawa kecil. Ia selalu merasa terhibur melihat tingkah laku hyo ri dan key yang kekanak-kanakan.
Key menatap kertas yang diberikan hyo ri padanya.
‘Oppa, kali ini aku akan membantumu!! Si pengganggu ini akan memberikan waktu untukmu dan soo ae onnie,kau harus mengutarakan perasaanmu yah!! Arraseo?? ‘
Seketika wajah key memerah.
“waeyo?” ujar soo ae pelan. Key menoleh ke arah soo ae gugup. Wajahnya memerah.
“a.. a..andwe! andwe!”
***
Jinki memasuki kamar nomor 209. Ia terdiam ketika dilihatnya kamar tersebut kosong.
“sepertinya, gadis itu telah pergi. Mianhae” ujar suster itu.
Jinki menatap kasur yang berada di kamar itu. Wajahnya mengeras. Ia benar-benar ingin mengetahui siapa gadis itu.
“Jinki -a?”
“eun hee, aku ingin pulang”
To be continue…

0 komentar:

Post a Comment

4.16.2011

Love if silice part 2



Author :ontaekyu
main Cast : Kim Hyo Ri,Lee Jinki
Support cast : Kim Kibum,choi Minho,jung soo ae, kim Eun Ca,eun hee

Hyo ri terbaring di sebuah kasur di dalam ruang operasi. Hatinya berdebar kencang. Baru kali ini ia mengikuti jalannya sebuah operasi. Di tolehkan kepalanya ke kiri. Terlihat wajah Jinki yang terbaring lemah dengan mata tertutup. Hyo ri tersenyum.
‘maafkan kelakuanku tadi yah, setidaknya. Ini adalah permintaan maafku padamu’
“sudah siap nona?”
Hyo ri menoleh ke arah suster yang bertanya kepadanya. Hyo ri tersenyum. Suster tersebut bergegas menyuntikkan obat bius kepada Hyo ri. Hyo ri menatap was-was. Tangannnya menggenggam kalung milik Jinki yang ia temukan di café.
Sesaat sebelum suster itu menyuntikkan obat bius kepadanya. Hyo ri mencengkram erat lengan suster itu. Suster itu menatap Hyo ri bingung. Hyo ri meletakkan kalung dalam genggamannya ke tangan suster itu. Tangannya menunjuk Jinki yang terbaring lemah di sisi kirinya sambil tersenyum ke arah suster tersebut.
Suster tersebut terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk. Hyo ri kembali menatap Jinki sambil tersenyum. Sebelum ia merasa sesuatu menyentuh lengannya sedikit kasar.
‘semoga semuanya lancar’
Detik berikutnya, Hyo ri sudah terlelap di alam bawah sadarnya.


Soo ae masih terlelap di samping Key ketika Key membuka kedua matanya. Key menatap Soo ae yang terlelap di sampingnya lembut. Tangan Key perlahan menyentuh kepala Soo ae dan mengusapnya pelan.
“gomawo Soo ae -a..”
***
Hyo ri tersadar ketika dirasakannya seseorang berdiri di sampingnya. Seorang suster membawakan sebuah mangkuk yang berisi telur dan daging. Suster tersebut yang menyadari Hyo ri telah siuman tersenyum lembut ke arah Hyo ri.
“operasinya berjalan lancar, kamu benar-benar dewi penyelamatnya. Sekarang makanlah dulu sebelum hendak pergi. Darah mu terpakai banyak selama operasi”
Hyo ri memegang keningnya dan mencoba mengingat-ingat hal apa yang terkahir ia lakukan.
‘Key oppa, cowok di café, operasi.. ‘
Seketika Hyo ri tersadar. Matanya terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah suster yang hendak pergi meninggalkannya di kamar tersebut.
‘suster, tunggu!!’
Mulut Hyo ri terbuka lebar memanggil suster yang menuju ke pintu keluar kamar. Tidak ada suara. Hyo ri teringat akan kekurangannya. Kepala Hyo ri berputar mencari-cari sesuatu yang membantunya selama ini.
Matanya terhenti saat ia melihat notesnya tergeletak di meja di sebelah kanannya. Dengan sigap Hyo ri mengambil notes tersebut dan menuliskan beberapa kata yang ingin ia tanyakan.
‘BLAM’
Tangan hyo ri berhenti menulis. Matanya terarah ke pintu kamarnya. Suster itu telah pergi. Hyo ri menghela nafas tanda kecewa.
‘bagaimana keadaannya?’
***
Soo ae merasa sesuatu menyentuh kepalanya. Soo ae terbangun. Dengan wajah yang masih ngantuk kepalanya mendongak menatap lurus ke arah wajah Key .
“kau sudah bangun?”
Soo ae tersentak. Dengan cepat ia duduk tegak. Mukanya memerah.
“Key -a?? kau sudah sadar?”
Key tersenyum menatap Soo ae lembut. Sikap Key yang seperti itu semakin membuat wajah Soo ae memerah. Key tertawa pelan.
“kau kenapa? Wajahmu seperti tomat saja!”
Soo ae mencibir. Dengan pelan dicubitnya lengan Key . Key meringis kesakitan. Benar-benar kesakitan.
“aduh sakiit!! Sakitt sekali!!”
“wae?? Key -a?? aish, ommona!! Yang mana yang sakit?? Ommona?? Ommona??”
Dengan panik Soo ae memegang lengan Key yang baru ia cubit. Ia benar-benar khawatir
Key tersenyum melihat Soo ae yang mengkhawatirkan dirinya. Sebenarnya ia hanya berpura-pura untuk melihat reaksi Soo ae dan ia sangat puas dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Soo ae.Soo ae masih memegang lengan Key ketika tiba-tiba ia merasakan sesuatu menarik tubuhnya dengan lembut.
Soo ae terbelalak menatap Key . Wajahnya kini berhadapan dengan wajah Key . Sangat dekat.
Key menatap lembut wajah Soo ae. Ia tersenyum penuh arti.
“gomawo Soo ae -a”
Wajah Soo ae memerah mendengar perkataan Key . Jantungnya berdebar kencang. Ia benar-benar merasa seperti diberi kejutan menyenangkan bertubi-tubi. Rasanya ingin terbang melayang. Ia benar-benar senang.
“kamu memang sangat manis Soo ae -a..”
Lagi-lagi jantung Soo ae berdebar sangat kencang . Soo ae tak berani menatap Key . Rasanya tubuhnya memanas dan akan meleleh saat itu juga.
“apalagi dengan wajah yang memerah seperti itu, seperti udang rebus saja!”
Wajah Soo ae yang memerah seketika tambah memerah ketika mendengar ucapan Key tersebut. Dengan cepat ditariknya tangan dan dijauhkan wajahnya dari tubuh Key . Key yang melihat reaksi soo ae tertawa kencang. Key memang sangat suka menggoda Soo ae.
“dasar pabo!!”
***
Jinki membuka matanya yang langsung disambut oleh suara seorang perempuan.
“kau sudah sadar jinki-a? aish, syukurlah. Aku hampir mati melihatmu seperti ini”
Jinki mencari asal suara tersebut. Dilihatnya eun hee, teman masa kecilnya memasang wajah yang luar biasa lega. Jinki tersenyum.
“dimana aku?”
“kau dirumah sakit Jinki -a, aish! Kenapa kau menyetir mobil seperti itu? Apa kau tidak sayang dengan nyawamu? Aish!! Atau kau ingin membuatku mati lebih cepat dari seharusnya??”
Jinki tertawa pelan. Ditatapnya lembut teman kecilnya tersebut.
“meski semua umat manusia di dunia ini punah, aku yakin kau tidak akan pernah mati eun hee-a”
Eun hee mencibir. Jinki tersenyum lembut.
“setidaknya dihatiku kau tetap hidup eun hee-a”
***
Hyo ri berjalan pelan dengan tangan bersandar ke dinding rumah sakit. Kepalanya terasa agak pusing. Matanya mencari-cari kamar tempat Key ditempatkan.
‘aish oppa!! Sebenarnya dimana kamarmu!!!’
***
“mweoya? Dega?? Pabo??”
Soo ae menatap Key kesal. ia mencubit kembali lengan Key pelan. Key langsung meringis.
“aish! Kenapa kau senang sekali mencubitku seh!!”
“karena kau menyebalkan!!”
“mweo? Aku menyebalkan?? Aku ini orang yang sangat menyenangkan!! Ya!jung soo ae ! Sudah berapa tahun kita berkenalan mana mungkin kau tidak menyadari bahwa aku ini orang yang menyenangkan!!”
Soo ae menatap Key kesal. diambilnya tas yang terletak di meja dan ia berdiri.
“sepertinya kau sudah sehat! Aku pergi!!”
Soo ae bergegas meninggalkan Key ketika ia merasakan sesuatu memegang lengannya. Soo ae menoleh. Key menatapnya lembut.
“tetaplah disini..”
***
“ini, ambilah”
Jinki menatap benda yang terletak di tangan eun hee. Matanya terbelalak.
“ini..”
“bagaimana bisa kau meletakkannya sembarangan!! Bagaimana jika ada yang mengambilnya?? Aish!! Lupakah kau ini peninggalan terakhir dari almarhum ibumu?”
Jinki terdiam. Diraihnya kalung bergambar salju kecil dengan permata yang terletak ditengahnya. Matanya menatap kalung tersebut. Lama.
Kalung itu asli. Kalung itu benar-benar kalung miliknya yang tertinggal di café tersebut. Tapi bagaimana caranya kalung tersebut sampai ditangannya? masa kalung tersebut bisa jalan sendiri dan mencari pemiliknya.
“jinki -a? waeyo?”
Jinki tersentak. Dilihatnya eun hee menatapnya heran. Jinki terdiam.
“eun hee-a__”
‘CEKLEK’
Eun hee dan jinki menoleh, seorang suster memasuki kamar tersebut. Suster tersebut tersenyum ketika dilihatnya Jinki telah tersadar.
“kamu sudah sadar? Syukurlah. Kamu harus berterimakasih kepada seorang gadis yang telah mendonorkan darahnya padamu. Jika bukan karena gadis itu, kamu tidak akan mungkin bisa berada disini”
Jinki terdiam. Ditatapnya suster itu lekat-lekat.
“seorang gadis menolongku? Apa dia yang membawaku kesini?”
“ne? akh, bukan. Kamu dibawa kesini oleh orang-orang yang menemukanmu dalam keadaan terluka parah. Untung kami menemukan kartu identitasmu di dompetmu sehingga kami bisa segera menghubungi keluargamu. Akh, gadis itu, dia tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami kebingungan untuk mencari darah yang bergolongan sama dengan mu. Padahal keadaanmu saat itu sangat kritis, dan bisa dikatakan jika kamu tidak segera dioperasi nyawamu bisa melayang. Untuk gadis muncul dan dengan rela ia memberikan darahnya untukmu. Benar-benar seperti dewi penyelamat.”
Jinki terdiam. Eun hee menatapnya khawatir. Hatinya berdebar-debar. Ia benar-benar takut apa yang ia fikirkan akan terjadi.
“apakah gadis itu yang memberikan kalung ini?”
“ne”
“siapa nama gadis itu?”
“dia tidak menyebutkan namanya. Dan ia tidak berbicara sepatah katapun. Sekarang ia berada di kamar 209. Mungkin ia sudah sadar. Kau bisa menemuinya jika kau mau.”
“bisakah aku menemuinya sekarang?”
***
Hyo ri masih berjalan lunglai ketika dilihatnya seorang suster berjalan melewatinya. Ia menghampiri suster tersebut dan menepuk pundak suster tersebut. Suster itu menoleh. Dengan cepat dikeluarkan notesnya dan ia segera menulis.
‘suster, dimana letak kamar pasien bernama kim kibum?
***
“tentu saja bisa,tapi apa tubuhmu sudah baik? Kau baru saja pulih.”
Jinki mengangguk. Eun hee menatapnya was was.
“tunggu sebentar. Aku ambilkan kursi roda.”
Suster tersebut berlalu. Jinki menatap kepergian suster tersebut. Eun hee menatap Jinki cemas.
“Jinki -a, mau apa kau?”
Jinki menoleh menatap eun hee., ia tersenyum kecil
”aku hanya ingin melihat rupa dewi penyelamatku”
***
Eun hee terdiam. Wajah jinki yang tersenyum sambil berkata seperti itu benar-benar membuatnya cemas.
Jinki yang ia kenal sama sekali tidak memperdulikan orang lain. Jinki yang ia kenal adalah Jinki yang sombong, angkuh dan memandang rendah semua orang. Kecuali dirinya dan keluarganya.
Tetapi apa yang terjadi pada Jinki? Kenapa ia memberi perhatian kepada gadis yang telah mendonorkan darahnya? Toh gadis itu hanya mendonorkan darahnya secara kebetulan saja kan?
Jauh di dalam hati eun hee, mulai membenci kehadiran gadis yang menjadi ‘dewi penyelamat Jinki ***
Hyo ri berjalan pelan menuju kamar nomor 234. Dengan kepala masih sedikit pusing dilangkahkan pelan kakinya menuju kamar tersebut.
‘kau memang sangat merepotkan oppa!!’
***
Jinki dipapah oleh eun hee dan suster menuju kursi roda. Diletakkan selimut untuk menutupi kaki Jinki.
“mari saya antarkan”
Suster tersebut berjalan terlebih dahulu. Eun hee dan Jinki menyusul di belakangnya.
***
Hyo ri menatap kesal pintu kamar bernomor 234. Dengan muka mengeras dibukanya pintu kamar tersebut. Dan hyo ri melangkah memasuki kamar tersebut.
Disaat bersamaan Jinki keluar dari kamar 235 dengan memakai kursi roda yang di dorong oleh eun hee. Jinki dan hyo ri sama-sama tidak menyadari kejadian yang hanya berselang beberapa detik tersebut.
***
“soo ae-a, dega__”
‘CEKLEK’
Key dengan cepat melepaskan tangan soo ae yang sedang ia gengggam. Soo ae dan key menoleh ke arah pintu secara bersamaan.
Hyo ri menatap reaksi mereka berdua yang melihatnya seperti melihat hantu. Mata hyo ri membesar dan berkedip kedip. Dengan cepat hyo ri memasang wajah ‘kenapa-kalian-melihatku-seperti-itu’ nya.
“aish! Hyo ri-a, kau mengagetkanku saja!!”
Hyo ri memasang wajah galak ke arah key yang meneriakinya. Soo ae tersenyum kecil menahan tawa.
Hyo ri menghampiri key dan menatap key bingung. Key balas menatap hyo ri bingung. Bercampur takut.
“mweoya??”ujar key galak.
Hyo ri mengeluarkan notes nya dan segera menulis.
‘oppa, kau baik-baik saja?’
Key membaca notes yang ditulis eun ri, ia tersenyum lebar dan mengangguk.
“ne, waeyo? Kau menghawatirkan oppamu yang tampan ini ya?”
Soo ae yang mendengar ucapan jae joong langsung merasa mual. Hyo ri masih menatap key khawatir. Dengan sigap ia kembali menulis di notesnya.
‘benar kau baik-baik saja?’
“aish!! Aku baik-baik saja!! Kau lihat aku tidak terluka sedikitpun!!”
‘benar-benar tidak terluka??’
“ya!! Kim hyo ri!! Oppa mu tidak kenapa-napa.!!”
Hyo ri menatap jae joong sedih.
‘oppa!! Kenapa tidak terluka? Aish!! Padahal aku sudah bahagia ketika mengetahui kau dibawa kerumah sakit. Aish!! Sial sekali nasibku’
“Mweoya??? Ya!! Kim hyo ri!!!”
Hyo ri memeletkan lidahnya. Dan menatap yuuri sesaat. Soo ae tersenyum memandang hyo ri. Hyo ri kembali menatap key yang sedang menatapnya kesal. Hyo ri pun memutar tubuhnya bergegas meninggalkan key dan soo ae.
“ hyo ri-a, mau kemana kau?? Apa kau tidak mau menemani oppamu hah? Apa kau tidak khawatir padaku ??”
Hyo ri berhenti melangkah dengan cepat ia menulis sesuatu di notenya, ia merobek nya dan melemparkan ke arah key. Hyo ri pun bergegas keluar dari kamar key.
“kenapa anak itu?”ujar key sambil mengambil kertas yang dilemparkan oleh hyo ri.
Soo ae tertawa kecil. Ia selalu merasa terhibur melihat tingkah laku hyo ri dan key yang kekanak-kanakan.
Key menatap kertas yang diberikan hyo ri padanya.
‘Oppa, kali ini aku akan membantumu!! Si pengganggu ini akan memberikan waktu untukmu dan soo ae onnie,kau harus mengutarakan perasaanmu yah!! Arraseo?? ‘
Seketika wajah key memerah.
“waeyo?” ujar soo ae pelan. Key menoleh ke arah soo ae gugup. Wajahnya memerah.
“a.. a..andwe! andwe!”
***
Jinki memasuki kamar nomor 209. Ia terdiam ketika dilihatnya kamar tersebut kosong.
“sepertinya, gadis itu telah pergi. Mianhae” ujar suster itu.
Jinki menatap kasur yang berada di kamar itu. Wajahnya mengeras. Ia benar-benar ingin mengetahui siapa gadis itu.
“Jinki -a?”
“eun hee, aku ingin pulang”
To be continue…

No comments:

Post a Comment